Hubungan Thermofilik dan Hiperthermofilik Mikroorganisme dengan Protein Stabil Terhadap Haba (Termostable protein)
Termophili dan Hipertermophili dapat diisolasi dari banyak sumber alami, termasuk lumpur panas (Solfatara dan Lapindo),gunung berapi (Kelud),mata air panas dan semburan uap air (Taman Nasional Yellowstone), dan sedimen trumbu laut dalam (Ridge Atlantik tengah), serta diisolasi dari industri guna haba seperti limpahan janakuasa listrik geotermal dan sistem buangan slud.
Kebanyakan termophili dan hipertermofili adalah chemolithoautotrophs dan fiksasi CO2 oleh sintesis kimia. Selain H2 penting sebagai donor elektron, ion sulfida, ion sulfur dan ion ferri juga digunakan. Majoriti tumbuh secara anerobik juga sesetengah secara aerobik walaupun pada kondisi kurang oksigen serta ada sesetengahnya secara fakultatif heterotroph, dimana bisa saling tukar dari autotrophik kepada heterotrophik apabila keberadaan bahan organik mencukupi. Kebanyakan mempunyai peptida degragasi, dan banyak dapat tumbuh dengan variasi karbohidrat kompleks ataupun yang dasar.
Tabel 1.2 : Taxonomi bagi termophili dan hipertermophili yang mampu tumbuh dengan peptida dan/atau
karbohidrat serta karakter tumbuh secara dasar.
Order Genus Daerah Topt Anerobik/Aerobik Peptida/Karbohidrat
(C?) (an/ae) (p/c)a
Bacteria
Thermotogales Thermotoga 65-85 an p, c
Fervidobacterium 65-70 an p, c
Marinitoga 55-65 an p, c
Petrotoga 55-60 an p, c
Thermopallium 70 an p, c
Thermosipho 65-75 an p, c
Aquificales Aquifex 85 ae –
Hydrogenobacter 65-76 an* –
Hydrogenobaculum 65 an –
Hydrogenothermus 65 an* –
Persephonella 70-73 an* –
Sulfurihydrogenibium 60-65 fac. an –
Thermoanaerobacteriales Thermoanaerobacter 55-75 an p, c
Thermoanaerobacterium 55-65 an c
Carboxydibrachium 70 an p, c
Thermovenabulum 60 an p, c
Thermanaeromonas 70 an c
Thermacetogenium 55 an –
Moorella 55-65 an c
Gelria 55 an c
Coprothermobacter 55-60 an p, c
Sphingobacteriales Rhodothermus 65 ae p, c
Dictyoglomales Dictyoglomus 70-75 an c
Thermales Thermus 50-80 ae p, c
Marinithermus 70 ae p, c
Oceanithermus 60 ae p, c
Vulcanithermus 70 ae p, c
Archaea
Sulfolobales Acidianus 70-88 fac. an p
Metallosphaera 65-75 ae p
Stygiolobus 80 an –
Sulfolobus 65-85 ae p, c
Sulfurisphaera 85 fac. an p
Thermoproteales Thermofilum 85-88 an p, c
Caldivirga 83 an p, c
Pyrobaculum 90-100 fac. an p
Thermocladium 75 an p, c
Thermoproteus 85 an p
Vulcanisaeta 85-90 an p, c
Desulfurococcales Acidilobus 85 an p, c
Aeropyrum 90-95 ae p
Desulfurococcus 85-90 an p, c
Ignicoccus 90 an p, c
Staphylothermus 85-90 an p, c
Stetteria 95 an p
Sulfophobococcus 90 an –
Thermodiscus 88 an p, c
Thermosphaera 85 an p, c
Hyperthermus 99 an p
Pyrodictium 85-105 an p
Pyrolobus 103 fac. an c
Thermococcales Palaeococcus 80-83 an p
Pyrococcus 95-100 an p, c
Thermococcus 75-90 an p, c
Archaeoglobales Archaeoglobus 75-85 an p
Ferroglobus 85 an p
Geoglobus 88 an p
Strain 121 103 an –
Petunjuk :
*Diketahui dapat menerima sedikit deteksi O2
a Dengan komposisi kompleks peptida seperti peptone,tryptone, ekstrak yis ditandai. Tiada simbol bermakna proses
tumbuh pada setiap substrat tidak dilaporkan
Analisis Phylogenetik untuk mikroorganisme hipertermofilik menunjukan cabang dalam pada pokok kehidupan universal yang menjadi spekulasi tentang warisan kehidupan awal yang secara umum mempunyai karakteristik hipertermofilik (Gambar 1.1). Archaea adalah organism sel tunggal (klasifikasi prokaryot) seperti bakteria dan tiada nukleus. Namun, perbandingan dan sekuen genom rRNA menunjukan archaea berkongsi persamaan signifikan dengan Eukarya (Woese,1987). Contoh eukaryot jelas secara analogi adalah archaeal transcription machinery, merupakan versi dasar kepada sistem eukaryal, dan transilasi archean; yang menggunakan inisiasi seperti eukaryot dan faktor elongasi (Langer,et al.,1995, Hartman, et al.,2006). Organisasi genom archaea persis seperti bakteria; satu kromosom siklus, kluster operon yang mempunyai gen saling berkait, dan introns yang sulit tampak kelihatan. Selain itu, kebanyakan regulator transkripsi archaeal menunjukan binaan semula dari kebalikan bagian bakteria (Aravind & koonin,1999). Sebagian ciri-ciri archaea juga didapati dari kedua eukarya dan bakteria. Paling mudah untuk identifikasi archaea adalah membrannya yang mengandung lipid glikol-eter dimana bagian glikol pada archaea berbeda dengan yang lain secara stereokimia berbanding blok pembinaan major bagi membran bacteria dan eukarya (Koga,et al.,1993). Lipid archaeal berdasar pada rantai sisi isoprenoid, dimana bisa berkembang menjadi membran sempurna (lipd tetraeter).